Analisis Sektor Manufaktur Indonesia: Emiten BUMN dan Swasta Berkapitalisasi Besar serta Aksi Korporasi Mendatang (Q4 2025 – Q2 2026)

Sektor manufaktur Indonesia merupakan pilar fundamental perekonomian, dengan kontribusi signifikan terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja. Analisis ini mengidentifikasi emiten manufaktur, baik milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta, yang memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp 1 triliun. Temuan utama menunjukkan adanya perbedaan fokus strategis antara kedua kategori entitas ini. BUMN cenderung terkonsentrasi pada industri dasar dan strategis seperti semen, baja, dan farmasi, yang mendukung pembangunan nasional dan ketahanan pangan. Sebaliknya, perusahaan swasta menunjukkan diversifikasi yang lebih luas, mencakup sektor makanan & minuman, tembakau, petrokimia, barang konsumsi, dan komponen otomotif, yang mencerminkan responsivitas terhadap permintaan pasar dan preferensi konsumen.

Periode Q4 2025 hingga Q2 2026 diperkirakan akan menjadi saksi berbagai aksi korporasi yang mencerminkan upaya perusahaan dalam mengelola modal, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengejar pertumbuhan yang terarah. Aksi-aksi ini termasuk program pembelian kembali saham (buyback) untuk meningkatkan nilai pemegang saham, inisiatif penghematan biaya untuk memperkuat profitabilitas, serta penerbitan obligasi atau sukuk untuk mendukung kebutuhan modal dan ekspansi strategis. Pergerakan ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur berkapitalisasi besar di Indonesia sedang menyeimbangkan antara stabilitas, efisiensi, dan pertumbuhan yang terukur di tengah dinamika pasar global dan domestik.

Pengantar Sektor Manufaktur Indonesia

Sektor manufaktur memegang peranan vital dalam struktur ekonomi Indonesia. Kontribusinya mencakup penciptaan lapangan kerja, peningkatan nilai tambah produk domestik, serta mendorong ekspor. Lingkungan regulasi dan dinamika pasar yang terus berkembang turut membentuk lanskap industri ini.

Perusahaan di sektor manufaktur Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama: Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan entitas swasta. BUMN, seperti yang tercantum dalam daftar perusahaan negara, seringkali memiliki mandat ganda—selain tujuan komersial, mereka juga mengemban misi pembangunan nasional dan pelayanan publik.1 Ini dapat mencakup dukungan terhadap proyek infrastruktur vital atau memastikan ketersediaan pasokan barang-barang esensial. Sebaliknya, perusahaan swasta umumnya beroperasi dengan fokus utama pada maksimalisasi keuntungan dan penciptaan nilai bagi pemegang saham.

Perbedaan tujuan ini menghasilkan pendekatan strategis yang berbeda. BUMN mungkin lebih terikat pada kebijakan pemerintah dan proyek-proyek strategis nasional, yang dapat memengaruhi keputusan investasi dan operasional mereka. Misalnya, investasi BUMN di sektor semen atau baja seringkali terkait erat dengan program pembangunan infrastruktur pemerintah.1 Di sisi lain, perusahaan swasta memiliki fleksibilitas lebih besar untuk beradaptasi dengan perubahan pasar, mengejar inovasi produk, dan merespons tren konsumen dengan cepat. Meskipun demikian, dalam konteks ekonomi yang berkembang seperti Indonesia, terdapat titik temu di mana perusahaan swasta dapat menyelaraskan diri dengan prioritas nasional melalui investasi skala besar, sementara BUMN semakin mengadopsi praktik bisnis yang berorientasi pasar untuk meningkatkan daya saing mereka. Pemahaman atas perbedaan dan konvergensi ini sangat penting untuk menganalisis pergerakan strategis perusahaan dan menilai profil risiko-imbal hasil bagi investor.

Emiten Manufaktur Utama dengan Kapitalisasi Pasar di Atas Rp 1 Triliun

Bagian ini mengidentifikasi dan memprofilkan perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia, baik BUMN maupun swasta, yang memenuhi kriteria kapitalisasi pasar di atas Rp 1 triliun. Data kapitalisasi pasar disajikan berdasarkan informasi terbaru yang tersedia dari sumber-sumber yang relevan.

A. Emiten Manufaktur BUMN

Perusahaan manufaktur BUMN yang memenuhi kriteria kapitalisasi pasar di atas Rp 1 triliun cenderung terkonsentrasi pada industri dasar yang strategis bagi pembangunan dan ketahanan nasional.

Berikut adalah daftar emiten manufaktur BUMN dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 1 triliun:

Perusahaan Kode Emiten Sub-sektor Kapitalisasi Pasar Terbaru (IDR Triliun) Sumber & Tanggal Data MC
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk SMGR Semen 19.65 2 (Jun 18, 2025)
PT Semen Baturaja (Persero) Tbk SMBR Semen 2.98 3 (Terbaru)
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk KRAS Besi & Baja 6.19 4 (Jul 25, 2025)
PT Indofarma (Persero) Tbk INAF Farmasi 2.696 5 (Mar 10, 2025)
PT Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF Farmasi 3.089 6 (Terbaru)

BUMN-BUMN yang teridentifikasi dalam daftar ini beroperasi di sektor-sektor fundamental seperti semen, baja, dan farmasi.1 Sektor-sektor ini sangat penting bagi pembangunan infrastruktur dan kesehatan masyarakat. Keberadaan mereka dalam industri-industri ini menunjukkan peran strategis BUMN dalam menyediakan barang-barang esensial dan mendukung kemandirian nasional. Hal ini berarti bahwa investor yang mempertimbangkan saham-saham manufaktur BUMN perlu memperhatikan tidak hanya kinerja keuangan perusahaan, tetapi juga kebijakan pemerintah, potensi subsidi, dan rencana pembangunan nasional sebagai faktor pendorong atau pembatas utama. Jalur pertumbuhan mereka mungkin lebih stabil namun kurang eksplosif dibandingkan dengan pemain swasta yang lebih gesit, karena mereka seringkali menyeimbangkan tujuan komersial dengan mandat pelayanan publik.

B. Emiten Manufaktur Swasta

Daftar perusahaan manufaktur swasta dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 1 triliun jauh lebih panjang dan lebih beragam dibandingkan dengan BUMN. Ini mencakup berbagai sub-sektor yang menunjukkan responsivitas sektor swasta terhadap permintaan konsumen dan tren pasar.

Berikut adalah daftar emiten manufaktur swasta dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 1 triliun:

Perusahaan Kode Emiten Sub-sektor Kapitalisasi Pasar Terbaru (IDR Triliun) Sumber & Tanggal Data MC
PT Astra International Tbk ASII Otomotif & Komponen 202.4 10 (Terbaru)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF Makanan & Minuman 73.316 11 (Terbaru)
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP Makanan & Minuman 115.45 12 (Terbaru)
PT Chandra Asri Pacific Tbk TPIA Petrokimia 856.406 13 (Terbaru)
PT Gudang Garam Tbk GGRM Rokok 16.98 14 (Terbaru)
PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP Rokok 69.790 15 (Terbaru)
PT Unilever Indonesia Tbk UNVR Barang Keperluan Rumah Tangga & Kosmetik 67.53 16 (Terbaru)
PT Mayora Indah Tbk MYOR Makanan & Minuman 45.388 17 (Terbaru)
PT Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI Makanan & Minuman 4.59 18 (Agu 1, 2025)
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN Pakan Ternak & Makanan Olahan 81.498 19 (Terbaru)
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA Pakan Ternak & Makanan Olahan 19.58 20 (Terbaru)
PT Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk SIDO Farmasi & Jamu 15.442 21 (Terbaru)
PT Asahimas Flat Glass Tbk AMFG Kaca 1.53 22 (Terbaru)
PT Arwana Citra Mulia Tbk ARNA Keramik 4.18 23 (Terbaru)
PT Impack Pratama Industri Tbk IMPC Plastik & Bahan Bangunan 16.714 24 (Terbaru)
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP Pulp & Kertas 39.94 25 (Terbaru)
PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM Pulp & Kertas 19.61 26 (Terbaru)
PT Astra Otoparts Tbk AUTO Komponen Otomotif 10.121 27 (Terbaru)
PT Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk SCCO Kabel 2.01 28 (Terbaru)

Keragaman yang terlihat pada daftar perusahaan swasta berkapitalisasi besar, yang mencakup sektor makanan & minuman, tembakau, petrokimia, barang konsumsi, dan komponen otomotif 7, menunjukkan kemampuan sektor swasta untuk beradaptasi dengan permintaan konsumen dan tren pasar. Perusahaan-perusahaan ini seringkali berada di garis depan inovasi produk dan ekspansi pasar, didorong oleh kebutuhan untuk memaksimalkan keuntungan dan nilai pemegang saham. Hal ini menyiratkan bahwa perusahaan manufaktur swasta, terutama yang bergerak di sektor yang berhadapan langsung dengan konsumen, lebih rentan terhadap pergeseran daya beli konsumen, pengeluaran diskresioner, dan tekanan persaingan. Oleh karena itu, strategi pertumbuhan mereka seringkali melibatkan inovasi produk yang berkelanjutan, perluasan pangsa pasar, dan penguatan merek.

Analisis Aksi Korporasi Mendatang (Q4 2025 – Q2 2026)

Bagian ini menguraikan aksi-aksi korporasi spesifik yang telah diumumkan atau diperkirakan akan dilakukan oleh perusahaan manufaktur berkapitalisasi besar yang teridentifikasi, dalam rentang waktu Oktober 2025 hingga Juni 2026.

A. Aksi Korporasi Emiten Manufaktur BUMN

Perusahaan manufaktur BUMN menunjukkan fokus pada penguatan fundamental dan efisiensi operasional.

  • PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF):
    • Target Profitabilitas: KAEF menargetkan untuk kembali mencetak laba bersih pada tahun buku 2026.29 Target signifikan ini mengindikasikan bahwa restrukturisasi internal dan upaya efisiensi yang telah dilakukan diharapkan mulai membuahkan hasil dalam periode tersebut.
    • Potensi Dividen: Perusahaan juga sedang menjajaki kemungkinan untuk mendistribusikan dividen pada tahun 2026, meskipun hal ini bergantung pada pencapaian kinerja positif dan persetujuan pemegang saham.30 Adanya pembicaraan mengenai dividen menunjukkan orientasi untuk mengembalikan nilai kepada pemegang saham jika target profitabilitas tercapai.
    • Ekspansi Bahan Baku: KAEF berencana untuk memperkuat kemandirian produksi bahan baku obat (BBO) melalui anak usahanya, PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP).30 Kapasitas produksi saat ini mendekati batasnya, sehingga rencana ini menandakan potensi belanja modal untuk fasilitas baru atau peningkatan kapasitas.
  • PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR):
    • Program Pembelian Kembali Saham (Buyback): SMGR telah mengumumkan rencana untuk melakukan pembelian kembali saham perseroan senilai total Rp 300 miliar. Periode pelaksanaan buyback ditetapkan paling lama 12 bulan setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS) pada 23 Mei 2025, yang berarti akan berlangsung dari 24 Mei 2025 hingga 23 Mei 2026.31 Aksi ini secara langsung berada dalam rentang waktu yang ditentukan (Q4 2025 – Q2 2026). Perusahaan menyatakan bahwa keputusan ini didasari oleh keyakinan terhadap fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan jangka panjang.31
    • Potensi Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue): Penerbitan rights issue masih menunggu persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang diharapkan selesai pada akhir Juni 2025.32 Jika disetujui, pelaksanaan aksi penggalangan modal ini kemungkinan akan terjadi pada Q4 2025 atau setelahnya, yang akan memengaruhi struktur permodalan dan berpotensi mendanai pertumbuhan di masa depan.

Perusahaan-perusahaan BUMN menunjukkan upaya untuk menyeimbangkan stabilitas dan pertumbuhan. Fokus KAEF pada profitabilitas dan kemandirian bahan baku 29 mencerminkan dorongan untuk mencapai stabilitas operasional dan memenuhi peran strategis nasional dalam bidang kesehatan. Sementara itu, program pembelian kembali saham SMGR 31 menunjukkan keyakinan manajemen terhadap valuasi perusahaan dan langkah menuju efisiensi modal. Di sisi lain, potensi rights issue SMGR 32 mengindikasikan kebutuhan pendanaan untuk pertumbuhan di masa mendatang. Pergerakan ini menunjukkan bahwa BUMN tidak hanya berorientasi pada pelayanan publik, tetapi juga secara aktif mengelola struktur permodalan dan mengejar pertumbuhan komersial, meskipun seringkali dengan pertimbangan strategis nasional yang kuat. Investor perlu memantau tanda-tanda peningkatan tata kelola perusahaan dan disiplin keuangan pada BUMN, karena tindakan ini menunjukkan pendekatan yang lebih berorientasi pasar. Namun, pengaruh kebijakan pemerintah, seperti dalam pengembangan bahan baku untuk KAEF, tetap menjadi faktor unik yang perlu diperhatikan.

B. Aksi Korporasi Emiten Manufaktur Swasta

Perusahaan manufaktur swasta menunjukkan prioritas pada efisiensi, nilai pemegang saham, dan pendanaan pertumbuhan yang terarah.

Berikut adalah ringkasan aksi korporasi manufaktur swasta yang relevan dalam periode Q4 2025 – Q2 2026:

Perusahaan Kode Emiten Jenis Aksi Korporasi Detail Aksi & Jadwal Implikasi Potensial
PT Unilever Indonesia Tbk UNVR Inisiatif Penghematan Biaya & Akuisisi Target Target penghematan €650 juta hingga akhir 2025, sisa €150 juta pada 2026. Berencana melanjutkan akuisisi yang ditargetkan. Peningkatan profitabilitas melalui efisiensi operasional; pertumbuhan anorganik melalui diversifikasi portofolio.
PT Mayora Indah Tbk MYOR Pembelian Kembali Saham (Buyback) Program buyback hingga Rp 1 triliun, berlangsung 11 Juni 2025 hingga 11 Juni 2026. Fleksibilitas struktur modal, sinyal kepercayaan manajemen, potensi peningkatan EPS.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA Pembelian Kembali Saham (Buyback) Rencana buyback Rp 470 miliar, periode hingga 10 April 2026, setelah penggunaan saham treasuri sebelumnya. Peningkatan Return on Equity (RoE), optimalisasi pengelolaan modal.
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk INKP Penerbitan Obligasi & Sukuk Penerbitan Obligasi Berkelanjutan V Tahap III 2025 senilai Rp 3,09 triliun dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan IV Tahap III 2025 senilai Rp 1,13 triliun. Pendanaan operasional, refinancing utang, atau ekspansi di masa mendatang.

Aksi-aksi korporasi ini mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur swasta berkapitalisasi besar memprioritaskan efisiensi internal, pengelolaan modal, dan pertumbuhan yang ditargetkan dalam jangka pendek hingga menengah. Target penghematan biaya yang signifikan dari UNVR 33 menunjukkan dorongan kuat untuk mencapai efisiensi dan penguatan posisi pasar. Ini mencerminkan bahwa di pasar yang matang, pengendalian biaya menjadi sangat penting untuk profitabilitas, yang dapat mengarah pada ekspansi margin bahkan tanpa pertumbuhan pendapatan yang substansial.

Sementara itu, program pembelian kembali saham yang dilakukan oleh MYOR dan JPFA 34 menandakan fokus pada optimalisasi struktur permodalan dan peningkatan pengembalian kepada pemegang saham. Pembelian kembali saham seringkali menjadi sinyal kepercayaan manajemen terhadap valuasi perusahaan dan dapat berpotensi meningkatkan laba per saham (EPS). Di sisi lain, penerbitan obligasi dan sukuk oleh INKP 37 menunjukkan kebutuhan modal untuk mendukung operasional yang sedang berjalan atau rencana ekspansi di masa depan. Ini adalah indikasi bahwa perusahaan memanfaatkan pasar utang untuk kebutuhan pendanaan.

Secara keseluruhan, perilaku kolektif ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur swasta berkapitalisasi besar lebih cenderung memprioritaskan peningkatan efisiensi, pengelolaan modal yang cermat, dan pertumbuhan yang terarah, dibandingkan dengan ekspansi greenfield skala besar dalam waktu dekat. Investor disarankan untuk mencari perusahaan dengan neraca keuangan yang kuat dan strategi alokasi modal yang jelas. Pembelian kembali saham dapat menjadi indikator kepercayaan manajemen dan berpotensi meningkatkan EPS, sementara akuisisi strategis dapat membuka jalur pertumbuhan baru. Penerbitan utang harus dievaluasi berdasarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk melayani utang dan mendanai proyek yang dimaksud.

Prospek Pasar dan Implikasi Strategis

Aksi-aksi korporasi yang diidentifikasi dalam laporan ini diperkirakan akan membentuk lanskap kompetitif, sentimen pasar, dan persepsi investor di sektor manufaktur Indonesia. Program pembelian kembali saham yang dilakukan oleh MYOR, JPFA, dan SMGR 31 dapat mengirimkan sinyal kepercayaan manajemen yang kuat dan fokus pada peningkatan pengembalian pemegang saham, yang berpotensi mendukung harga saham dengan mengurangi jumlah saham beredar.

Target penghematan biaya yang ambisius dari UNVR 33 mengindikasikan bahwa di pasar yang matang, pengendalian biaya menjadi sangat penting untuk profitabilitas. Hal ini menunjukkan potensi ekspansi margin bahkan tanpa pertumbuhan pendapatan yang signifikan. Sementara itu, upaya penggalangan modal oleh INKP melalui obligasi dan sukuk 37, serta potensi rights issue SMGR 32, menunjukkan adanya kebutuhan investasi. Investasi ini bisa jadi untuk perluasan kapasitas, peningkatan teknologi, atau restrukturisasi utang, yang mengisyaratkan pertumbuhan di masa depan atau penyesuaian keuangan. Selain itu, target KAEF untuk mencapai profitabilitas 29 menunjukkan potensi re-rating saham jika berhasil, namun juga menyoroti risiko yang melekat.

Beberapa tren utama dapat diamati dari aksi korporasi yang akan datang:

  • Pergeseran Menuju Efisiensi Modal dan Pengembalian Pemegang Saham: Adanya beberapa perusahaan yang melakukan pembelian kembali saham (seperti MYOR, JPFA, dan SMGR) merupakan strategi umum di industri yang lebih matang atau ketika manajemen percaya bahwa saham mereka undervalued. Tindakan ini mengurangi jumlah saham beredar, berpotensi meningkatkan laba per saham, dan menandakan kepercayaan manajemen terhadap pendapatan di masa depan. Pergerakan ini berbeda dengan strategi ekspansi agresif melalui utang atau ekuitas yang biasa terjadi pada fase pertumbuhan tinggi. Tren ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur berkapitalisasi besar di Indonesia sedang menuju kematangan, dengan prioritas pada pengelolaan modal dan penciptaan nilai langsung bagi pemegang saham. Investor yang mencari pertumbuhan dividen atau apresiasi modal dari rekayasa keuangan mungkin akan menemukan perusahaan-perusahaan ini menarik.
  • Fokus pada Ketahanan Operasional di Tengah Fluktuasi Ekonomi: Target penghematan biaya yang signifikan oleh UNVR 33 dan dorongan KAEF untuk mencapai profitabilitas 29 mencerminkan penekanan sektor secara keseluruhan pada efisiensi internal dan ketahanan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sedang mempersiapkan diri atau bereaksi terhadap lingkungan ekonomi yang berpotensi menantang (misalnya, inflasi, fluktuasi permintaan) dengan memperkuat margin mereka daripada hanya mengandalkan pertumbuhan pendapatan. Perusahaan yang menunjukkan pengendalian biaya dan disiplin operasional yang kuat cenderung mengungguli pesaing, menawarkan investasi yang lebih defensif di pasar yang bergejolak.
  • Injeksi Modal Strategis untuk Area Pertumbuhan Spesifik: Penerbitan obligasi/sukuk oleh INKP 37 dan rencana ekspansi bahan baku oleh KAEF 30 menunjukkan investasi yang ditargetkan. Ini bukan ekspansi yang luas, melainkan pendanaan strategis untuk proyek-proyek atau segmen-segmen spesifik yang dianggap krusial untuk pertumbuhan di masa depan atau keunggulan kompetitif. Penggalangan modal spesifik ini menunjuk pada area di mana perusahaan melihat potensi tinggi atau kebutuhan strategis. Investor harus menganalisis proyek-proyek spesifik yang didanai oleh injeksi modal ini untuk menilai potensi pertumbuhan jangka panjang dan risikonya.

Meskipun prospeknya beragam, sektor manufaktur Indonesia menghadapi tantangan seperti volatilitas harga bahan baku, fluktuasi mata uang, perubahan regulasi, dan persaingan yang ketat. Faktor-faktor ini dapat memengaruhi realisasi aksi korporasi yang diumumkan dan kinerja sektor secara keseluruhan.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Analisis terhadap perusahaan manufaktur berkapitalisasi besar di Indonesia menunjukkan perbedaan yang jelas antara entitas BUMN dan swasta. BUMN berfokus pada industri dasar yang penting secara strategis, sementara perusahaan swasta menunjukkan diversifikasi yang lebih luas, mencerminkan orientasi pasar dan kebutuhan konsumen. Aksi korporasi yang direncanakan dari Q4 2025 hingga Q2 2026 didominasi oleh upaya pengelolaan modal (buyback), peningkatan efisiensi operasional, dan penggalangan dana untuk investasi strategis.

Berdasarkan temuan ini, beberapa rekomendasi dapat diajukan kepada para pemangku kepentingan:

  • Bagi Investor: Disarankan untuk memfokuskan perhatian pada perusahaan yang menunjukkan keuntungan efisiensi yang jelas, alokasi modal yang kuat, atau ekspansi ke ceruk pasar yang strategis. Pendekatan portofolio yang seimbang, yang mempertimbangkan profil risiko-imbal hasil yang berbeda antara BUMN (stabilitas, mandat nasional) dan entitas swasta (pertumbuhan berbasis pasar, agilitas), sangat dianjurkan. Uji tuntas yang cermat terhadap detail dan dampak yang diharapkan dari aksi korporasi yang diumumkan sangat penting untuk pengambilan keputusan investasi yang tepat.
  • Bagi Ahli Strategi Korporat: Penting untuk terus menganalisis posisi kompetitif, menekankan efisiensi operasional, dan menjajaki merger & akuisisi yang ditargetkan atau kemitraan strategis. Langkah-langkah ini dapat membantu perusahaan menavigasi dinamika pasar yang kompleks dan mempertahankan keunggulan kompetitif.
  • Bagi Pembuat Kebijakan: Stabilitas lingkungan regulasi dan dukungan berkelanjutan untuk pertumbuhan sektor BUMN maupun swasta sangat penting untuk memastikan vitalitas dan daya saing sektor manufaktur Indonesia di masa depan.

Bagaimana dampak indusrti manufaktur di Indonesia terkait kebijakan tarif Trump? Simak di sini.