PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (IDX: AADI)
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) adalah entitas induk yang fokus pada pertambangan batu bara termal dan kegiatan pendukung terintegrasi, bagian dari Grup Adaro. Perusahaan ini memiliki cadangan batu bara yang signifikan dan telah melakukan IPO untuk memperkuat posisi finansial. Laporan ini akan membahas profil, operasi, kinerja keuangan, struktur kepemilikan, serta prospek dan tantangan AADI.
AADI bergerak di bidang pertambangan batu bara termal dan kegiatan pendukung terintegrasi, termasuk logistik dan pengelolaan aset. Perusahaan ini memiliki cadangan batu bara yang signifikan dan beroperasi di beberapa provinsi utama di Indonesia. [1, 2, 3]
AADI menunjukkan kinerja keuangan yang solid pada tahun 2024 dengan laba bersih Rp 19,68 triliun, meningkat dari Rp 17,63 triliun pada 2023. Tren positif berlanjut di Q1 2025 dengan laba bersih Rp 3,25 triliun. [5, 6]
Valuasi saham AADI dinilai atraktif oleh analis dengan PER 2025 sebesar 4,8x dan proyeksi imbal hasil dividen 12%. Analis merekomendasikan ‘buy’ dengan target harga hingga Rp 10.000 per saham. [8, 9]
Pahami bagaimana AADI terintegrasi dalam Grup Adaro, siapa saja pemegang saham utamanya, dan jelajahi aset-aset pertambangan serta bisnis pendukung yang dikelola perusahaan.
Pemegang Saham | Persentase Kepemilikan (%) |
---|---|
PT Adaro Strategic Investments | 41,0965% [4] |
Garibaldi Thohir | 5,8305% [4] |
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) | 15,3723% [4] |
Afiliasi Lainnya | 15,8308% [4] |
Masyarakat (Free Float) | N/A (setelah IPO 10% dari total saham) [11] |
Struktur kepemilikan ini menunjukkan diversifikasi pasca-IPO untuk meningkatkan likuiditas saham dan potensi inklusi indeks. [11, 10]
Boy Thohir, bersama PT Adaro Strategic Investments, adalah pengendali utama AADI dan ADRO. Ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur ADRO. Pembelian saham AADI secara pribadi senilai Rp 2,68 triliun menunjukkan keyakinan kuatnya terhadap prospek perusahaan. [12]
AADI adalah anak perusahaan dari ADRO. IPO AADI merupakan bagian dari strategi spin-off Grup Adaro untuk memisahkan unit bisnis dan membuka nilai tersembunyi, seperti yang sebelumnya dilakukan dengan ADMR. [13, 14]
Grup AADI mengelola 7 aset pertambangan batu bara termal (AI, LSA, SCM, PCS, MIP, PC, RC), dengan 5 di antaranya sudah beroperasi penuh di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. [11]
Per 30 Juni 2024, AADI memiliki estimasi cadangan batu bara 917,4 juta ton dan sumber daya 4.102 juta ton. Produksi batu bara termal mencapai 32,74 juta ton. Cadangan yang besar menjamin keberlanjutan operasional jangka panjang. [11]
Analisis mendalam tentang performa keuangan AADI, termasuk pendapatan, laba, dan rasio-rasio penting. Pahami dinamika harga saham, sentimen pasar, dan isu-isu yang mempengaruhi valuasi AADI.
Metrik Keuangan | 2023 (Tahunan) | 2024 (Tahunan) | Q1 2025 (Triwulanan) |
---|---|---|---|
Laba Bersih | 17,63 [15] | 19,68 [15] | 3,25 [16] |
Laba Bersih per Saham (Rp) | N/A | 2522,65 [15] | 416,82 [16] |
AADI menunjukkan kinerja keuangan yang solid dengan peningkatan laba bersih yang signifikan pada tahun 2024 dan berlanjut di Kuartal I 2025. [15, 16]
Rasio Profitabilitas | Q4 2024 | Q1 2025 |
---|---|---|
Gross Margin | 27,5 [15] | 30,1 [16] |
EBITDA Margin | 29,5 [15] | 26,9 [16] |
Net Margin | 22,8 [15] | 17,1 [16] |
Fluktuasi margin menunjukkan sensitivitas AADI terhadap kondisi pasar komoditas dan biaya operasional. Peningkatan Gross Margin positif, namun penurunan Net Margin mengindikasikan dampak faktor non-produksi. [15, 16, 17]
Grafik ini menunjukkan tren Laba per Saham (EPS) AADI dari tahun ke tahun, mencerminkan profitabilitas perusahaan per lembar saham. [15]
Visualisasi margin kotor dan margin laba bersih AADI, menunjukkan efisiensi operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari pendapatannya. [15, 16]
Analis Sucor Sekuritas menilai saham AADI sangat atraktif dengan PER 2025 sebesar 4,8x dan proyeksi imbal hasil dividen 12%. Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, mengkategorikan AADI sebagai saham undervalued. Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis, merekomendasikan buy dengan target harga Rp 10.000 per saham. [18, 19]
Namun, estimasi harga wajar AADI sangat bervariasi antar sumber (misalnya, UGM Rp 300 [20], Simply Wall St. Rp 297,82 [21], Mikirduit.com Rp 178,23 [22]), menunjukkan ketidakpastian tinggi dalam valuasi.
Grafik ini menggambarkan sentimen umum analis terhadap saham AADI, yang seringkali bervariasi karena kompleksitas valuasi dan dinamika pasar.
AADI menghadapi tantangan fluktuasi harga batu bara global dan kenaikan biaya operasional, yang dapat menekan laba. [17]
Regulasi emisi karbon yang semakin ketat dan transisi energi global menjadi risiko jangka panjang bagi sektor batu bara. Diversifikasi ke energi terbarukan menjadi krusial. [23, 19]
Meskipun AADI tidak disebutkan langsung, pengawasan OJK terhadap dugaan transaksi semu pada emiten IPO sejenis seperti BREN dan CUAN menciptakan sentimen negatif dan volatilitas pasar yang perlu diwaspadai. [24, 25]
Sentimen investor ritel di platform seperti Stockbit menunjukkan pandangan yang terbagi, antara melihat peluang beli saat oversold dan kekhawatiran terhadap fundamental serta isu transaksi semu. [26, 27]