Banyak investor pemula kaget saat melihat nilai jaminan sahamnya tiba-tiba tidak sebesar yang dibayangkan. Misalnya, punya saham senilai Rp100 juta, tapi limit marginnya cuma Rp60 juta. Padahal semuanya saham likuid dan masih aktif di portofolio. Apa yang sebenarnya terjadi?
Dalam dunia margin trading, tidak semua saham dihitung utuh sebagai jaminan. Inilah yang disebut dengan haircut saham. Konsep ini sering luput dari perhatian trader ritel yang baru mengenal fasilitas margin, padahal efeknya sangat nyata terhadap batas pinjaman dan potensi force sell.
Artikel ini akan membahas tuntas apa itu haircut saham, bagaimana cara kerjanya, dan kenapa kamu harus memahaminya sebelum mengaktifkan margin trading. Pahami lebih awal, agar kamu tidak terjebak limit semu atau force sell dadakan.
Apa Itu Haircut Saham dalam Margin Trading?
Dalam margin trading, sekuritas tidak menganggap nilai sahammu 100% sebagai jaminan. Mereka menerapkan potongan tertentu yang disebut haircut saham. Haircut adalah persentase pengurang dari nilai pasar saham untuk menghitung nilai jaminan margin.
Contohnya begini: jika kamu punya saham senilai Rp100 juta dan sekuritas menetapkan haircut 40%, maka hanya Rp60 juta yang dianggap sebagai jaminan. Sisa Rp40 juta “dipotong” karena dianggap tidak cukup aman atau terlalu berisiko untuk dijadikan dasar pinjaman.
Haircut diterapkan karena setiap saham punya tingkat risiko yang berbeda. Saham yang volatil, kurang likuid, atau sering terkena auto reject biasanya akan diberi haircut lebih besar. Sebaliknya, saham-saham blue chip yang likuid dan stabil akan memiliki haircut yang lebih kecil, bahkan bisa 20% atau lebih rendah.
Tujuan utama haircut adalah melindungi sekuritas dari risiko gagal bayar nasabah. Jika nilai saham turun tiba-tiba, sekuritas masih punya “bantalan” keamanan untuk segera mengeksekusi penjualan paksa (force sell) sebelum kerugian makin besar.
Jadi, penting dipahami bahwa saat kamu menggunakan margin, nilai jaminanmu bukanlah nilai portofolio aktual, tapi nilai yang sudah disesuaikan dengan haircut. Semakin tinggi haircut-nya, semakin kecil daya beli tambahan yang bisa kamu gunakan.
Bagaimana Haircut Mempengaruhi Limit Margin dan Risiko Force Sell?
Setelah tahu bahwa nilai sahammu tidak dihitung penuh sebagai jaminan karena adanya haircut, sekarang saatnya memahami efek nyata yang ditimbulkannya — terutama terhadap daya beli margin dan risiko force sell.
Semakin tinggi haircut sebuah saham, semakin kecil nilai jaminan yang bisa digunakan untuk mendapatkan pinjaman margin. Artinya, meskipun kamu punya portofolio besar, daya ungkit (leverage) yang kamu dapat bisa jauh lebih rendah dari yang dibayangkan.
Sebaliknya, jika kamu punya saham dengan haircut rendah — misalnya hanya 20% — maka kamu bisa memperoleh limit pinjaman yang jauh lebih besar. Ini sebabnya banyak trader margin memilih saham-saham tertentu yang dikenal margin-friendly.
Tapi haircut bukan cuma soal seberapa besar pinjaman yang bisa kamu ambil. Dalam kondisi pasar yang bergerak cepat, haircut berperan penting dalam menentukan seberapa cepat kamu bisa terkena force sell.
Bayangkan kamu punya saham dengan haircut 50%. Saat harga sahamnya turun, nilai jaminanmu ikut turun — bahkan lebih cepat dibanding portofolio real. Jika rasio jaminanmu melampaui batas aman (misalnya 130% atau margin ratio > 60%), sistem bisa langsung melakukan penjualan paksa tanpa menunggu izin kamu.
Inilah kenapa haircut harus jadi bahan pertimbangan utama sebelum kamu menggunakan margin. Jangan hanya lihat potensi cuan, tapi juga potensi resiko saat harga bergerak ke arah sebaliknya.
Contoh Simulasi Perhitungan Haircut Saham
Untuk memahami haircut lebih konkret, mari kita lihat simulasi perhitungan dari beberapa saham populer berikut: BBRI, BRMS, BREN, dan ANTM. Anggap saja kamu punya masing-masing senilai Rp100 juta dalam portofolio.
- BBRI – Harga Rp3.500
Salah satu saham blue chip paling likuid di BEI. Jika haircut ditetapkan hanya 20%, maka nilai jaminan dari BBRI adalah:
Rp100 juta x (100% – 20%) = Rp80 juta - BRMS – Harga Rp404
Saham tambang berkapitalisasi kecil dengan volatilitas tinggi. Sekuritas bisa menetapkan haircut hingga 60%. Maka nilai jaminan dari BRMS hanya:
Rp100 juta x (100% – 60%) = Rp40 juta - BREN – Harga Rp5.700
Saham energi terbarukan yang sedang naik daun namun fluktuatif. Haircut bisa sekitar 50%:
Rp100 juta x (100% – 50%) = Rp50 juta - ANTM – Harga Rp3.000
Saham BUMN tambang dengan likuiditas sedang. Haircut biasanya sekitar 30%:
Rp100 juta x (100% – 30%) = Rp70 juta
Dari simulasi ini, kamu bisa lihat bahwa meskipun nilai portofolionya sama, kekuatan jaminan untuk margin sangat bervariasi tergantung haircut. Semakin besar haircut, semakin kecil ruang gerakmu dalam margin trading.
Haircut Saham di Beberapa Sekuritas: Mana yang Lebih Ketat?
Setiap sekuritas punya kebijakan haircut saham yang berbeda-beda, tergantung pada manajemen risiko internal mereka. Meskipun besarannya tidak selalu diumumkan secara resmi, ada beberapa kecenderungan umum yang bisa jadi pertimbanganmu.
1. Ajaib Sekuritas
Ajaib dikenal memberi kemudahan untuk investor ritel, termasuk fitur margin trading dengan batas minimal aset yang lebih rendah. Namun, untuk menyeimbangkan risiko, haircut saham di Ajaib cenderung cukup konservatif, terutama untuk saham-saham dengan volatilitas tinggi. Saham-saham berisiko bisa terkena haircut hingga 60% atau lebih, sedangkan saham likuid seperti BBRI bisa mendapat haircut yang relatif ringan.
2. IPOT (IndoPremier)
IPOT menyediakan data haircut yang lebih terbuka melalui fitur trading mereka. Untuk saham-saham besar dan marginable seperti TLKM, BBCA, atau BBRI, haircut bisa berada di kisaran 20–30%. Namun untuk saham spekulatif dan lapis dua/tiga, haircut bisa jauh lebih tinggi. Kelebihan IPOT adalah adanya transparansi pada halaman order atau saat menyusun strategi margin.
3. Mandiri Sekuritas (MOST)
Sebagai sekuritas BUMN yang cenderung konservatif, MOST memiliki sistem haircut yang relatif ketat, terutama pada saham-saham non-blue chip. Fitur margin di MOST biasanya lebih cocok untuk investor institusi atau nasabah prioritas, dan tidak semua saham bisa digunakan sebagai jaminan.
Meski besar haircut per saham bisa berubah sesuai kebijakan internal dan kondisi pasar, kamu bisa menjadikan pola ini sebagai acuan awal sebelum memilih sekuritas. Jika ingin tahu saham mana yang marginable dan potensi haircut-nya, kamu bisa cek sumber referensi terpercaya seperti IDXStock.com atau langsung melalui aplikasi sekuritas masing-masing.
Tips Memilih Saham yang Cocok untuk Margin Trading
Menggunakan fasilitas margin bisa memperbesar potensi keuntungan, tapi juga mempercepat risiko kerugian. Karena itu, penting bagi investor ritel untuk memilih saham yang margin-friendly — artinya saham yang cenderung punya haircut rendah, likuiditas tinggi, dan stabil secara harga.
1. Pilih Saham dari Indeks Utama
Saham yang masuk dalam indeks seperti LQ45, IDX30, atau IDX80 umumnya lebih likuid dan stabil. Emiten seperti BBCA, TLKM, BBRI, ASII, PGAS adalah contoh yang sering jadi andalan untuk transaksi margin karena memiliki reputasi baik dan volume harian yang tinggi.
2. Hindari Saham yang Sering ARB atau Kurang Likuid
Saham-saham yang mudah terkena auto rejection bawah (ARB) atau yang volumenya tipis seperti RAAM, OCAP, SURE berisiko tinggi dalam margin. Sekuritas biasanya memberi haircut besar — bisa lebih dari 70% — atau bahkan tidak memasukkannya dalam daftar marginable.
3. Perhatikan Sektor dan Sentimen
Sektor tertentu cenderung lebih “stabil” dalam haircut, misalnya perbankan, infrastruktur, dan telekomunikasi. Sektor energi dan komoditas seperti batubara (ADRO, PTBA, HRUM) atau nikel (ANTM, INCO) bisa sangat menarik, tapi juga fluktuatif — haircut-nya bisa lebih tinggi.
4. Cek Daftar Saham Marginable di Sekuritas Kamu
Setiap sekuritas punya daftar saham marginable sendiri. Kamu bisa cek langsung lewat aplikasi atau bertanya ke bagian support. Beberapa sekuritas menyediakan file Excel atau halaman khusus yang mencantumkan nama saham beserta haircut-nya. Untuk referensi umum, kamu juga bisa kunjungi IDXStock.com.
5. Jangan Lupa Aspek Volatilitas
Saham dengan pergerakan harga ekstrem, meski populer, bisa menjebak. Contoh: saham tier 3 yang sempat naik tajam tapi punya risiko koreksi besar. Untuk margin, lebih baik pilih saham yang naiknya wajar tapi stabil.
Ingat, tujuan margin bukan sekadar menggandakan modal, tapi juga menjaga daya beli saat peluang muncul. Pilih saham dengan bijak, sesuai dengan strategi dan psikologi kamu sebagai investor.
Kesimpulan: Haircut Saham, Kecil di Angka Tapi Besar Dampaknya
Haircut saham bukan sekadar potongan angka di balik layar. Ia adalah fondasi utama dalam sistem margin trading — yang menentukan seberapa besar kekuatan pinjamanmu dan seberapa cepat kamu bisa terkena force sell.
Dengan memahami konsep ini, kamu bisa lebih bijak dalam memilih saham yang layak untuk margin, menghitung risiko lebih presisi, dan menghindari jebakan margin yang tak terlihat di awal.
Jika kamu baru memulai mengeksplorasi dunia margin trading, pastikan kamu sudah membaca artikel sebelumnya:
- Margin Trading Ajaib Sekuritas: Keuntungan, Risiko, dan Cara Aktivasi
- Force Sell: Perbandingan Ketentuan Sekuritas & Taktik Bertahan untuk Retail
Dan jika kamu penasaran bagaimana limit margin bisa berubah dinamis tergantung nilai haircut dan volatilitas portofolio, nantikan artikel lanjutan kami: Faktor Penyebab Limit Margin Berubah & Cara Membacanya. di idxstock.com
Terus ikuti pembahasan kami seputar strategi dan ekosistem margin di sekuritas Indonesia. Dan jika kamu butuh referensi data saham marginable dan rasio haircut per emiten, kamu bisa cek juga di
IDXStock.com — salah satu rujukan terbaik untuk retail yang ingin cermat mengambil posisi.