Memahami ARA dan ARB Saham Terbaru (Simetris)

Mulai 4 September 2023, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memberlakukan mekanisme Auto Reject Atas (ARA) dan Auto Reject Bawah (ARB) dengan batas simetris hingga maksimal 35 persen. Kebijakan ini merupakan langkah BEI untuk mengembalikan sistem perdagangan ke kondisi normal pascapelonggaran selama pandemi, sekaligus memberikan perlindungan terhadap fluktuasi harga yang ekstrem.

Lalu, apa itu ARA dan ARB? Mengapa mekanisme ini begitu penting untuk investor? Simak ulasannya berikut ini.

Apa Itu ARA dan ARB?

  • ARA (Auto Reject Atas): Batas maksimum kenaikan harga saham dalam satu hari perdagangan. Ketika saham menyentuh batas ARA, harga tidak bisa naik lebih tinggi hingga keesokan harinya.
  • ARB (Auto Reject Bawah): Batas minimum penurunan harga saham dalam satu hari perdagangan. Ketika saham mencapai ARB, harganya tidak bisa turun lebih jauh hingga keesokan harinya.

Aturan ARA dan ARB dibuat untuk melindungi investor dari fluktuasi harga yang terlalu tajam dalam waktu singkat.

Batasan Baru ARA dan ARB

Sesuai dengan Surat Keputusan BEI yang berlaku sejak 4 September 2023, berikut adalah detail batasan ARA dan ARB berdasarkan rentang harga saham:

Rentang HargaBatas ARABatas ARB
Rp 50 – Rp 20035%35%
Rp 200 – Rp 5.00025%25%
Di atas Rp 5.00020%20%

Sebagai ilustrasi:

  • Jika saham memiliki harga Rp 150, maka batas maksimum naik atau turun dalam sehari adalah 35 persen.
  • Untuk saham dengan harga Rp 2.000, batasnya adalah 25 persen.
  • Sedangkan saham dengan harga di atas Rp 5.000, batas pergerakannya hanya 20 persen.

Dalam penerapan aturan Auto Reject Bawah (ARB) atau Auto Reject Atas (ARA), nilai akhir sering kali harus disesuaikan dengan fraksi harga dan tick size dari saham tersebut. Berikut adalah contoh perhitungan:

Contoh Perhitungan ARB pada PANI (Study Kasus)

PANI ARB 20% pada perdagangan 23 Juni 2025. Saham PANI memiliki harga penutupan (close) pada hari sebelumnya sebesar Rp 13.825. Berdasarkan aturan batas ARB sebesar 20%, maka mestinya ARB 20% ada di angka 11.060.

Namun, harga saham di bursa tidak menggunakan nilai desimal sembarang. Nilai akhir harus disesuaikan dengan fraksi harga dan tick size, yang berlaku sesuai rentang harga. Dalam hal ini:

Harga PANI di atas 10.000 sehingga memili nilai tick-nya Rp 25.

Karena ARB hasil perhitungan (Rp 11.060) tidak sesuai dengan tick size, maka harga ARB dibulatkan ke tick terdekat di atasnya, yaitu Rp 11.075 atau turun 19,89%.

Jadi:

ARB teoritis PANI adalah Rp 11.060 (penurunan tepat 20%).

Karena pembulatan ke tick terdekat (Rp 25), ARB efektif menjadi Rp 11.075 dengan penurunan 19,89%.

Dampak Positif dan Negatif ARA-ARB Simetris

Kebijakan ARA dan ARB simetris ini memiliki dampak yang signifikan, baik bagi investor maupun pasar secara keseluruhan:

  1. Mengelola Risiko Secara Efektif
    Dengan batas ARB hingga 35 persen, investor bisa lebih cepat mengantisipasi risiko. Saham yang sebelumnya bisa turun bertahap hingga beberapa hari kini memiliki kepastian batas harian yang lebih besar.
  2. Potensi Keuntungan Besar
    Dalam kondisi tertentu, fluktuasi harga yang besar dapat menjadi peluang. Misalnya, sebuah saham yang turun hingga ARB 35 persen, kemudian naik hingga ARA 35 persen, dapat memberikan keuntungan hingga 108 persen dalam waktu singkat.
  3. Risiko Kerugian yang Lebih Besar
    Di sisi lain, jika seorang investor membeli saham di harga ARA (naik 35 persen) lalu saham tersebut turun hingga ARB (turun 35 persen), kerugian yang diderita bisa mencapai 52 persen. Oleh karena itu, penting untuk memahami risiko sebelum mengambil keputusan investasi.

Strategi Investor dalam Era ARB 35 Persen

Dengan pemberlakuan batasan ARA dan ARB simetris, investor perlu menerapkan beberapa strategi berikut:

  1. Pilih Saham dengan Kapitalisasi Besar
    Saham-saham berkapitalisasi besar cenderung memiliki likuiditas yang baik dan pergerakan harga yang lebih stabil. Contohnya adalah saham-saham dari sektor perbankan atau perusahaan dengan kinerja fundamental kuat.
  2. Hindari Saham Lapis Ketiga ‘Gorengan’ yang Mudah Bergejolak
    Saham dengan kapitalisasi pasar kecil cenderung lebih mudah terkena fluktuasi ekstrem. Batasan ARB 35 persen bisa menjadi risiko besar bagi saham-saham ‘gorengan’ dengan harga dibawah 200 rupiah.
  3. Disiplin dalam Mengelola Risiko
    Tetapkan batas kerugian yang dapat diterima (cut loss) sebelum membeli saham. Jika target cut loss adalah 3 persen, pastikan untuk menjual saham tersebut tanpa ragu ketika batas tercapai. Hal ini dapat mencegah kerugian yang lebih besar hingga 35 persen.
  4. Manfaatkan Sentimen Pasar
    Perlawanan dari pemodal sering terjadi ketika harga saham mendekati batas ARB. Banyak investor yang melihat ini sebagai peluang untuk membeli saham dengan harga lebih murah, sehingga harga tidak mudah jatuh terlalu dalam.

Kesimpulan

Dengan memahami mekanisme ARA dan ARB, investor dapat lebih siap menghadapi dinamika pasar saham yang penuh peluang dan risiko. Secara sederhana:

  • Apa arti ARB dan ARA?
    ARB adalah batas penurunan harga saham dalam satu hari, sedangkan ARA adalah batas kenaikan harga saham dalam satu hari perdagangan.
  • Berapa persen ARB dan ARA?
    Batas ARA dan ARB ditentukan berdasarkan harga saham:

    • 35 persen untuk saham dengan harga Rp 50 – Rp 200.
    • 25 persen untuk saham dengan harga Rp 200 – Rp 5.000.
    • 20 persen untuk saham dengan harga di atas Rp 5.000.
  • ARB singkatan dari apa?
    ARB adalah singkatan dari Auto Reject Bawah, yaitu batas minimum penurunan harga saham.
  • ARA kepanjangan dari apa?
    ARA adalah kepanjangan dari Auto Reject Atas, yaitu batas maksimum kenaikan harga saham.

Dengan mengetahui hal ini, investor diharapkan dapat mengambil keputusan yang lebih bijak dan memanfaatkan peluang secara optimal. Ingat, kunci keberhasilan dalam berinvestasi adalah pengelolaan risiko yang disiplin dan perencanaan yang matang.

Ingatlah, berinvestasi adalah seni mengelola risiko. Pilih saham dengan cermat, rencanakan strategi dengan matang, dan tetap disiplin dalam menjalankannya. Dengan begitu, kamu bisa menjadi investor yang cerdas dan sukses di tengah dinamika pasar yang terus berubah.