Cara Mengirim Lamaran Kerja Lewat Email

Mengirim lamaran kerja lewat email bisa menjadi tantangan, terutama jika kamu belum terbiasa dengan proses ini. Dulu, saya pernah berpikir kalau ini adalah hal yang gampang. Tinggal kirim CV dan selesai, kan? Tapi, ternyata cara mengirim lamaran kerja lewat email tidak sesederhana itu. Bahkan, saya pernah membuat kesalahan fatal yang hampir membuat saya melewatkan kesempatan kerja impian.

Waktu itu, saya baru saja lulus kuliah dan sedang berburu pekerjaan. Saya menemukan lowongan yang menarik di sebuah startup teknologi. Karena merasa antusias, saya langsung menulis email lamaran, lampirkan CV, dan langsung tekan tombol “kirim”. Beberapa hari kemudian, saya masih belum mendapat balasan, dan rasanya mulai frustrasi. Saya pun memutuskan untuk membaca kembali email yang saya kirim, dan di situlah saya sadar kesalahan saya. Ternyata, saya lupa menambahkan subjek email!

Bayangkan betapa malunya saya! Tanpa subjek yang jelas, besar kemungkinan email saya tenggelam di antara ratusan email lamaran lain. Dari situ, saya belajar satu hal penting: subjek email itu krusial. Kamu harus membuatnya sejelas mungkin agar rekruter tahu tujuan dari emailmu, bahkan sebelum mereka membukanya. Sejak saat itu, saya selalu menulis subjek yang jelas, misalnya: “Lamaran Pekerjaan – Posisi Digital Marketing – [Nama Saya]”.

Bicara soal alamat email, ini juga sering kali terlewatkan. Dulu saya berpikir, selama alamat email aktif, itu sudah cukup. Ternyata, tidak sepenuhnya benar. Saya sempat menggunakan alamat email lama yang sangat tidak profesional. Alamat emailnya berisi campuran angka dan nama panggilan masa SMA—yang pastinya nggak cocok untuk melamar pekerjaan. Meskipun kecil, hal seperti ini bisa memberi kesan buruk pada calon pemberi kerja. Jadi, penting banget untuk menggunakan alamat email yang terlihat profesional. Idealnya, sih, pakai kombinasi nama lengkap atau setidaknya nama depan dan belakang.

Nah, saat menulis isi email, inilah yang sering bikin orang bingung. Apa sih yang harus dimasukkan di sana? Haruskah detail atau cukup singkat saja? Dari pengalaman, menulis isi email yang terlalu panjang justru nggak efektif. Para rekruter punya banyak email lain yang harus dibaca, jadi mereka lebih menghargai email yang singkat, padat, dan jelas. Saya selalu mulai dengan sapaan yang sopan, sebutkan posisi yang saya lamar, lalu beri tahu kalau saya sudah melampirkan CV dan surat lamaran.

Salah satu hal yang penting—dan sering kali dilupakan—adalah menamai file lampiran dengan jelas. Di awal-awal, saya pernah mengirim CV dengan nama file yang super generik seperti “CV.pdf” atau “Resume.docx”. Kesalahan besar! Bayangkan kalau rekruter menerima ratusan file dengan nama yang sama. Sulit untuk melacak lamaran kita, kan? Jadi, sekarang saya selalu memastikan nama file lampiran berisi nama saya dan posisi yang saya lamar. Misalnya, “John-Doe_CV_Digital-Marketing.pdf”.

Dan akhirnya, ini juga satu pelajaran penting: kirim email di waktu yang tepat. Saya pernah mengirim email lamaran tengah malam karena merasa ingin cepat-cepat. Ternyata, peluang email dibaca lebih rendah jika dikirim di luar jam kerja. Sejak saat itu, saya selalu memastikan untuk mengirim lamaran di pagi hari, antara pukul 08.00 hingga 14.00. Berdasarkan pengalaman, ini waktu di mana email lebih mungkin dilihat segera oleh rekruter.

Mengirim lamaran lewat email memang kelihatan sederhana, tapi sebenarnya banyak hal kecil yang bisa bikin bedanya. Dari subjek yang jelas, isi email yang singkat dan padat, sampai waktu pengiriman—semua berperan penting. Jadi, kalau kamu sedang dalam proses melamar kerja, pastikan untuk memeriksa setiap detail sebelum menekan tombol kirim. Peluang besar mungkin ada di balik satu email yang disusun dengan baik!