5 Hal Penting dari Pengalaman Trading Saham Indonesia

Halo, teman-teman! Selamat datang di IDXStock.com. Pada kesempatan kali ini, saya ingin membagikan 5 hal penting yang saya sadari setelah beberapa kali mengalami kegagalan dalam dunia trading saham. Mungkin pengalaman saya bisa membantu teman-teman yang juga tertarik untuk belajar lebih dalam tentang trading saham. Simak artikel ini sampai selesai, dan semoga bermanfaat!

1. Market Tidak Ikut Indikator atau Strategi

Saat pertama kali terjun ke dunia trading, saya banyak mengikuti saran dari mentor atau membaca buku mengenai teknik analisis saham. Salah satu yang paling sering saya dengar adalah menggunakan indikator Moving Average (MA), seperti EMA Cross, untuk menentukan arah pergerakan harga.

Namun, kenyataannya, MA tidak selalu tepat. Sering kali, harga sudah bergerak jauh sebelum MA memberikan sinyal. Bahkan, ketika MA menunjukkan tren naik, harga justru turun, atau sebaliknya. Indikator seperti RSI yang menunjukkan overbought atau oversold juga tidak menjamin harga akan berbalik arah sesuai harapan. Harga bisa saja terus naik meskipun sudah terlalu tinggi, atau terus turun meskipun sudah di area oversold.

Jadi, yang sebenarnya mempengaruhi pergerakan harga saham adalah ketidakseimbangan antara jumlah pembeli dan penjual di pasar. Area-area ketidakseimbangan atau imbalance inilah yang sering dimanfaatkan oleh bandar besar untuk memanipulasi harga saham sebelum harga bergerak menuju level-level selanjutnya.

2. Jangan Terlalu Banyak Menggunakan Indikator

Di awal belajar trading, saya juga sempat bereksperimen dengan berbagai indikator. Saya menggabungkan beberapa indikator seperti Bollinger Bands, MACD, ADX, dan lainnya, dengan harapan bisa menghasilkan analisa yang lebih akurat. Namun, hasilnya justru membuat saya semakin bingung dan pusing.

Pada akhirnya, saya sadar bahwa tidak ada indikator yang bisa memprediksi pasar dengan sempurna. Sebagai solusinya, saya memilih untuk fokus pada indikator yang lebih sederhana, seperti MA periode 200, karena banyak institusi besar yang menggunakannya untuk menentukan arah tren atau sebagai level support dan resistance dinamis.

3. Akun Demo Tidak Menjamin Hasil di Akun Real

Banyak dari kita yang mungkin merasa percaya diri setelah mendapatkan hasil yang baik di akun demo. Namun, begitu mulai trading di akun real dengan uang asli, hasilnya bisa sangat berbeda. Apa yang membedakan antara akun demo dan akun real adalah psikologi trading.

Di akun demo, kita bisa lebih tenang karena uang yang diperdagangkan tidak berisiko untuk kehidupan kita. Namun, di akun real, ada rasa takut kehilangan uang yang membuat kita sering ragu untuk melakukan entry atau exit. Rasa takut ini bisa membuat kita mengubah strategi atau bahkan mengabaikan aturan yang telah kita buat, seperti mengganti posisi stop loss atau take profit.

Saran saya adalah selalu uji strategi menggunakan akun demo terlebih dahulu. Setelah cukup yakin, mulai trading di akun real dengan risiko yang lebih kecil. Jangan pernah deposit terlalu kecil, karena jika risiko per transaksi terlalu besar, maka kerugian beruntun bisa dengan cepat menghancurkan modal kita.

4. Pilih Strategi yang Sesuai dengan Karakter Diri

Tidak semua strategi cocok untuk semua orang. Di awal, saya mengikuti strategi mentor saya, namun ternyata strategi tersebut tidak cocok dengan gaya saya. Ini menunjukkan bahwa kita harus memilih strategi trading yang sesuai dengan karakter kita.

Untuk itu, tentukan dulu gaya trading yang cocok, apakah Anda lebih cocok dengan scalping, day trading, swing trading, ataukah sebagai investor jangka panjang. Selain itu, pilihlah time frame yang sesuai dengan gaya trading Anda dan tentukan tingkat risiko per transaksi yang nyaman. Dengan demikian, trading akan terasa lebih sesuai dengan karakter kita dan lebih mudah untuk diterapkan.

5. Fokus pada Manajemen Risiko, Bukan Profit

Sebagai pemula, kita sering kali terjebak dalam bayangan untuk mendapatkan profit besar dalam waktu singkat. Namun, kenyataannya adalah, fokus pada manajemen risiko jauh lebih penting daripada mengejar profit besar.

Trader profesional bukanlah yang selalu menghasilkan profit besar, tapi yang mampu bertahan dan menghasilkan profit secara konsisten dalam jangka panjang. Selalu tentukan risiko terlebih dahulu sebelum melakukan transaksi, dan pastikan risiko tidak melebihi batas yang bisa kita toleransi.

Jangan lupa untuk selalu menggunakan stop loss dan menetapkan rasio risiko terhadap reward yang wajar, dimana reward harus lebih besar daripada risiko. Fokus utama kita adalah untuk bertahan di pasar, bukan sekadar mencari keuntungan. Dengan demikian, kita bisa menghindari menjadi bagian dari 95% trader yang kehilangan modalnya.


Trading saham memang penuh tantangan, tetapi dengan konsistensi dan manajemen risiko yang baik, kita bisa bertahan dan terus berkembang. Saya sendiri masih terus belajar dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dari masa lalu. Trading adalah permainan probabilitas, dan kita harus bisa konsisten dan sabar dalam menjalankan strategi kita.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi teman-teman yang sedang belajar trading saham di Indonesia. Terus belajar, terus berkembang, dan jangan takut untuk gagal, karena itu adalah bagian dari proses.