Social Entrepreneurship: Serba-Serbi yang Perlu Kamu Ketahui

Kamu pastinya sering mendengar istilah social entrepreneurship belakangan ini, bukan? Ada yang mengartikannya secara harafiah sebagai Kewirausahaan Sosial atau Bisnis Sosial. Ada pula yang menyebutnya dengan Social Innovation.

Pastinya, kamu juga heran dengan adanya gabungan kata entrepreneur atau bisnis dan sosial. Apabila tujuan utama bisnis adalah mencari laba atau keuntungan, lalu bagaimana dengan sosialnya?

Nah, supaya tidak makin bingung, yuk, kita gali lebih dalam tentang salah satu jenis entrepreneurship ini.   

Pengertian Social Entrepreneurship

Sosial entrepreneurship

Sederhananya, entrepreneurship adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan sikap dan tindakan, serta proses yang ditempuh para entrepreneur dalam merintis, mengelola, dan mengembangkan usaha mereka.

Entrepreneurship mengajarkan kita melihat peluang usaha secara jeli dan berani mengambil risiko sembari mengembangkan bisnis. Tujuannya tentu saja untuk meraup keuntungan atau terhindar dari kerugian.

Lalu, bagaimana dengan social entrepreneurship?

Ada yang mengartikan ini sebagai social innovation—ketika entrepreneur mengoperasikan bisnis mereka demi kepentingan sosial. Tujuan utama kegiatan usaha mereka adalah untuk membantu masyarakat.

Ada pula yang menyebutnya Kewirausahaan atau Bisnis Sosial. Mereka mendefinisikannya sebagai pendekatan atau cara memecahkan masalah sosial melalui strategi bisnis. Dengan kata lain, usaha didirikan justru untuk menyelesaikan permasalahan sosial yang ada di sekitar mereka.

Kamu bisa melihatnya seperti ini—suatu gabungan antara penerapan bisnis konvensional dengan lembaga sosial. Mereka mencari keuntungan sembari menangani masalah-masalah sosial berlandaskan rasa kemanusiaan.

Ciri-Ciri Social Entrepreneurship

Sosial entrepreneurship

Mereka yang menjalankan suatu kewirausahaan sosial disebut wirausahawan sosial (social entrepreneur). Hal ini sangat bergantung pada sifat maupun karakter masing-masing entrepreneur.

Nah, jika mengutip dari Buku Profit untuk Misi Sosial, kamu dapat menemukan lima ciri yang dimiliki oleh bisnis sosial ini.

  • Berawal dari niat memecahkan masalah sosial

Permasalahan sosial yang dimaksud di sini adalah keterbatasan yang dialami kelompok masyarakat tertentu (marginal) terkait akses terhadap pasar dan layanan tertentu.

Beberapa kelompok marginal yang mungkin kamu kenal mencakup masyarakat tidak mampu (miskin), penyandang disabilitas, penderita HIV/AIDS, anak jalanan, dan masih banyak lagi.

  • Memberdayakan penerima manfaat

Social entrepreneurship biasanya akan melakukan kegiatan pendampingan berkelanjutan kepada penerima manfaat.

Tujuannya untuk melihat adanya perubahan, bahkan dalam diri atau kehidupan mereka. Ini dapat berupa edukasi, peningkatan keterampilan, perkembangan pola pikir, dll.

  • Menerapkan prinsip dan etika bisnis dalam beroperasi

Di sini, terdapat praktik etika bisnis, bukan hanya kepada konsumen, tetapi juga kepada pemasok dan penerima manfaat. Terdapat tanggung jawab atas dampak yang timbul dari kegiatan bisnis yang dilakukan.

Transparansi dan keterbukaan juga ditemukan dalam operasional kegitan usaha maupun pemberdayaan.

  • Memiliki komitmen investasi ulang untuk misi sosial

Komitmen ini dalam bentuk menginvestasikan ulang sebagian besar keuntungan perusahaan untuk memperluas dampak sosial.

  • Memiliki orientasi yang berkelanjutan

Hal ini terutama terkait dengan segi finansial (keuangan) dan sumber daya manusia yang mereka miliki.

Contoh Social Entrepreneurship

Social entrepreneurship ternyata memiliki beberapa bentuk atau jenis. Setidaknya ada empat macam yang dapat kita temui, khususnya di Indonesia.

  • Berbasis komunitas

Jenis ini memiliki orientasi memenuhi kebutuhan anggota komunitas mereka sendiri.

Salah satu contohnya adalah Komastra atau Koperasi Masyarakat Tunanetra. Beranggotakan penyandang tunanetra, mereka berusaha mencari keuntungan melalui kegiatan koperasi.

  • Nirlaba

Jenis ini biasanya memiliki ruang lingkup lebih luas terkait pemecahan persoalan sosial yang ada di masyarakat. Bisnis dikelola secara lebih profesional dengan merekrut tenaga kerja yang kompeten di bidangnya.

Salah satu contohnya adalah Greeneration Indonesia, sebuah LSM dengan misi mengkampanyekan perilaku ramah lingkungan. Keuntungan diperoleh dari menjual produk-produk yang mendukung perilaku ramah lingkungan.

  • Gabungan (hybrid)

Dinamakan gabungan dikarenakan dana mereka diperoleh dari sumber komersial, semi-komersial, maupun dana sosial.

Contohnya adalah YACB – Yayasan Cinta Anak Bangsa. Penerima manfaat mereka beragam dari anak-anak hingga remaja, bahkan ibu rumah tangga.

Pendapatan terutama diperoleh dari hasil penjualan produk unit usaha, pemberi hibah, atau donatur, dll.

  • Berorientasi laba

Meskipun berorientasi laba, tujuan utamanya untuk bisa lebih atau mandiri sepenuhnya tanpa memiliki ketergantungan pada pihak lain.

Salah satu contoh social entrepreneurship jenis ini adalah Javara atau PT. Kampung Kearifan Indonesia. Mereka berbisnis dengan cara melakukan pemberdayaan petani guna mengangkat pertanian lokal.

Setiap entrepreneur ternyata memiliki motif yang tidak sama ketika mendirikan suatu usaha. Mereka tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga ingin dapat membantu memecahkan permasalahan sosial di sekitar. Inilah yang kita sebut sebagai social entrepreneurship.